“Lirik Terjemahan Pompeii”
[Verse]
I was left to my own devices
Aku dibiarkan dengan tipu dayaku sendiri
Many days fell away with nothing to show
Hari-hari berlalu tanpa ada yang perlu ditunjukkan
[Pre-Chorus]
And the walls kept tumbling down
Dan dinding-dinding terus berjatuhan
In the city that we love
Di kota yang kita cintai
Great clouds roll over the hills
Awan tebal bergulung di atas bukit
Bringing darkness from above
Membawa kegelapan dari atas sana
[Chorus]
But if you close your eyes
Tapi jika kau pejamkan matamu
Does it almost feel like
Bukankah rasanya
Nothing changed at all?
Tak ada yang berubah sama sekali?
And if you close your eyes
Dan jika kau pejamkan matamu
Does it almost feel like
Bukankah rasanya
You’ve been here before?
Kau pernah ada di sini sebelumnya?
How am I gonna be an optimist about this?
Bagaimana aku bisa optimis dengan semua ini?
How am I gonna be an optimist about this?
Bagaimana aku bisa optimis dengan semua ini?
[Verse 2]
We were caught up and lost in all of our vices
Kita tersesat dan terperangkap di dalam semua perbuatan jahat kita
In your pose as the dust settled around us
Dengan gayamu saat debu menghujani kita
[Pre-Chorus]
And the walls kept tumbling down
Dan dinding-dinding terus berjatuhan
In the city that we love
Di kota yang kita cintai
Great clouds roll over the hills
Awan tebal bergulung di atas bukit
Bringing darkness from above
Membawa kegelapan dari atas sana
[Chorus]
But if you close your eyes
Tapi jika kau pejamkan matamu
Does it almost feel like
Bukankah rasanya
Nothing changed at all?
Tak ada yang berubah sama sekali?
And if you close your eyes
Dan jika kau pejamkan matamu
Does it almost feel like
Bukankah rasanya
You’ve been here before?
Kau pernah ada di sini sebelumnya?
How am I gonna be an optimist about this?
Bagaimana aku bisa optimis dengan semua ini?
How am I gonna be an optimist about this?
Bagaimana aku bisa optimis dengan semua ini?
[Bridge]
Oh, where do we begin?
Kita mulai dari mana?
The rubble or our sins?
Reruntuhan atau dosa-dosa kita?
Oh, where do we begin?
Kita mulai dari mana?
The rubble or our sins?
Reruntuhan atau dosa-dosa kita?
[Pre-Chorus]
And the walls kept tumbling down
Dan dinding-dinding terus berjatuhan
(Oh, where do we begin?)
(Kita mulai dari mana?)
In the city that we love
Di kota yang kita cintai
(The rubble or our sins?)
(Reruntuhan atau dosa-dosa kita?)
Great clouds roll over the hills
Awan tebal bergulung di atas bukit
(Oh, where do we begin?)
(Kita mulai dari mana?)
Bringing darkness from above
Membawa kegelapan dari atas sana
(The rubble or our sins?)
(Reruntuhan atau dosa-dosa kita?)
[Chorus]
But if you close your eyes
Tapi jika kau pejamkan matamu
Does it almost feel like
Bukankah rasanya
Nothing changed at all?
Tak ada yang berubah sama sekali?
And if you close your eyes
Dan jika kau pejamkan matamu
Does it almost feel like
Bukankah rasanya
You’ve been here before?
Kau pernah ada di sini sebelumnya?
How am I gonna be an optimist about this?
Bagaimana aku bisa optimis dengan semua ini?
How am I gonna be an optimist about this?
Bagaimana aku bisa optimis dengan semua ini?
If you close your eyes
Jika kau pejamkan matamu
Does it almost feel like
Bukankah rasanya
Nothing changed at all?
Tak ada yang berubah sama sekali?
Arti Makna Lagu Pompeii
Arti lirik lagu Pompeii menceritakan tentang tragedi nyata yang terjadi di sebuah kota Romawi Kuno, yakni tepatnya kota Pompeii, di mana banyak penduduk yang terjebak hingga terkubur membatu karena timbunan debu dan abu dari letusan gunung Vesuvius pada tahun 79 sebelum masehi.
Pompeii dipercaya terkena azab dari Tuhan, karena kota ini dikenal dengan kemerosotan moral di masa kekaisaran Romawi. Namun lewat lirik lagu Pompeii tersebut, Dan Smith hanya ingin menggambarkan betapa membosankannya orang-orang di kota Pompeii yang terjebak membatu dengan posisi yang sama selama ribuan tahun.